=======
<<<=====>>>
:
BIN-RI.ID-Pekanbaru — Penundaan pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Provinsi Riau menandai babak baru dinamika politik internal partai berlambang pohon beringin tersebut. Di balik alasan teknis seperti “menunggu jadwal Ketua Umum” atau “penyesuaian agenda DPP”, tersimpan tarikan kepentingan dan pertarungan pengaruh di tingkat elite daerah maupun pusat.
Surat resmi dari DPP Partai Golkar yang menyatakan Musda XI ditunda tanpa batas waktu sontak membuat situasi politik di internal partai menjadi menunggu. Musda yang sejatinya menjadi ajang konsolidasi dan regenerasi kepemimpinan kini justru dipenuhi spekulasi dan manuver.
Posisi Ketua DPD I Golkar Riau dianggap strategis karena memiliki pengaruh besar terhadap arah politik lokal, termasuk potensi dukungan partai pada Pilkada serentak 2030 mendatang.
Di tengah penundaan ini, dua figur asal Kabupaten Rokan Hilir muncul sebagai sorotan utama, yakni Afrizal Sintong dan Karmila Sari.
Afrizal Sintong, mantan Bupati Rokan Hilir, dinilai memiliki kekuatan politik dan jaringan luas. Saat menjabat Ketua DPD II Golkar Rohil, ia berhasil membawa partai meraih 10 kursi DPRD Kabupaten dan 2 kursi DPRD Provinsi Riau. Basis dukungan yang kuat serta modal politik yang besar menjadikannya salah satu kandidat potensial dalam pertarungan nanti.
Sementara itu, Karmila Sari, anggota DPR RI yang dikenal vokal dan berani, menjadi representasi tokoh muda perempuan di tubuh Golkar. Meski Musda resmi ditunda, Karmila tetap mendaftar sebagai calon ketua, sebuah langkah yang menunjukkan ketegasan sikap politiknya di tengah tarik-menarik kepentingan elite.
Penundaan Musda ini kemudian memunculkan dua tafsir: apakah langkah DPP merupakan strategi menyatukan kekuatan internal, atau justru cara halus untuk menahan laju figur-figur kuat di daerah.
Golkar, yang selama ini dikenal sebagai partai dengan disiplin tinggi, kini menghadapi ujian konsolidasi dan soliditas di tengah dinamika politik yang semakin tajam.
