Pekanbaru – Gubernur Riau, Abdul Wahid, menggelar pertemuan dengan Dewan Pendidikan (Dewandik) Provinsi Riau untuk membahas program prioritas di bidang pendidikan serta berbagai tantangan yang dihadapi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau.
Pertemuan tersebut berlangsung di kediaman Gubernur Riau pada Selasa (11/3/2025), setelah ia melaksanakan Safari Ramadan di Masjid Raya Pekanbaru. Dalam kesempatan itu, Gubernur Abdul Wahid mengungkapkan kondisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Riau serta berbagai persoalan pendidikan yang disampaikan masyarakat kepadanya.
Ketua Dewandik Riau, Junaidi, bersama sejumlah anggota lainnya, di antaranya Martius Busti, Khaidir Akmalmas, Masyhuri, Syahruddin, Fauzan, Syafrudin, Aiden Yusti, dan Fithriady Syam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka memberikan masukan terkait tugas pokok dan fungsi Dewandik dalam mendukung dunia pendidikan di Riau.
Gubernur Abdul Wahid menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang merata dan menjadikannya sebagai prioritas utama.
“Saya baru menjabat sekitar 10 hari dan mengucapkan terima kasih atas kesempatan bertemu langsung dengan Dewan Pendidikan Riau. Dengan pertemuan ini, kita bisa saling bertukar pikiran. Saya memiliki beberapa program dan agenda di bidang pendidikan, bahkan menjadikannya sebagai prioritas utama selama masa kepemimpinan saya,” ujarnya.
Dalam diskusi lebih lanjut, Gubernur menyoroti sejumlah isu penting, terutama akses pendidikan bagi seluruh masyarakat.
“Saya ingin pendidikan di Riau dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, bahkan kalau bisa gratis. Tidak boleh ada lagi pungutan yang membebani orang tua. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) daerah dari Pemprov Riau harus digunakan dengan tepat sasaran. Saya melihat ini masih menjadi permasalahan utama,” paparnya.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya solusi untuk mengatasi angka anak putus sekolah.
“Jika seragam sekolah menjadi kendala, mulai tahun ini pemerintah akan memberikan bantuan. Intinya, pendidikan tidak boleh menjadi sesuatu yang mahal hingga menghambat anak-anak kita untuk bersekolah,” pungkasnya.
(Sah Siandi Lubis)